Tuesday, January 20, 2009

.. Trip to Papandayan ..

dengan berbagai pertimbangan,akhirnya pada tanggal 20 desember kami memutuskan untuk Natalan ke gunung. keberangkatan dimulai tepat tanggal 25 desember pagi dengan menaiki bus AC Primajasa dari terminal lebak bulus menuju terminal garut, dilanjutkan naik mobil angkutan kota menuju ke perempatan cisurupan. dari sini, kami menunggu mobil bak yang biasanya digunakan untuk mengangkut rumput, sayur,dll. dengan negosiasi terlebih dahulu, akhirnya kami dapat menumpang mobil tersebut sampai ke pos pendaftaran dengan imbalan Rp50.000


dari bawah,sedah jelas terlihat ada berbagai macam kemungkinan trek yg berbeda beda, dan batas vegetasi yang masih terlihat cukup jauh, mungkin karena dampak letusan pada thn 2002. benar saja,perjalanan pertama kami disambut dengan trek batu yang cukup membuat telapak kaki sakit (meskipun sudah memakai sandal gunung berketebalan 3cm), lepas dari sini kira kira 2jam lamanya disambut dengan bebatuan berwarna putih,hijau,abu-abu, dan lain sebagainya. ya,inilah yang dimaksud dengan padang belerang. tidak ada jalur permanen karena sewaktu-waktu sumber belerang bisa muncul dimana saja. pemandangan disini sangat beragam,dimulai dari semburan asap belerang disertai bunyi nyaring (seperti tukang kue putu) sampai kepada pemandangan dimana terdapat sumber lumpur panas. bluubuk..bluubuk.. (seperti yg pernah kita lihat di tv,lumpur lapindo di porong) kira2 seperti itu lah hanya saja skala perbandingan lumpur disini sangat jauh lebih kecil. Paling hanya 2-4meter persegi.


finally, bisa juga aku merasakan hangatnya padang belerang yang bisa membuat kulit gatal, dada sangat sesak karena pernapasan jelas sangat terbatas dan terganggu, kepala pusing, dan mata merah perih..

(to be continue)

~truly Papandayan..

Thursday, January 8, 2009

.. Indahnya saat Kuliah ..


Mungkin dalam hidup kita masa yang paling indah adalah semasa kita masih berseragam putih abu-abu. dimana semua hal yang kita lakukan, semuanya tidak kita pikirkan matang-matang terlebih dahulu. semua dilakukan dengan spontanitas dan semuanya just for fun.



masa kuliah adalah masa yang juga sulit untuk dilupakan karena disini kepribadian kita di bentuk. dimana kita melalui semuanya harus ada yang namanya rasa tanggung jawab. kita tidak lagi seperti anak kecil yang menunggu sesuatu datang dengan sendirinya, namun kita dituntut untuk melakukan sesuatu agar datang dengan baik kepada kita.


Tapi pada kenyataannya di kelas, saya masih menemukan beberapa diantara sebagian teman-teman saya yang bisa dibilang masih seperti anak kecil yang nggak tau malu. Apalagi kalau bukan geng-geng’an.. di kelas yang saya diami ada bermacam-macam kelompok atau geng, salah satunya kita menyebutnya dengan “pasukan 7 kurcaci”. Hhee..



Ya, mereka adalah salah satu geng yang mendiami kubu kiri. Sebenarnya, keadaan mereka bisa dibilang disenangi sekaligus dibenci. disenangi karena sikapnya yang baik, ikhlas menolong antar sesama, dan dibenci karena kelakuannya yang masih seperti anak-anak dibawah umur. Sejak pertama kali awal masuk kuliah mereka sudah berkelompok dan menjaga jarak dengan kami semua..


Huiiihhh,,, entah sampai kapan mereka akan tersadar dan bangun dari keterpurukan serta mau membuka diri akan pentingnya arti dari kebersamaan. huhhhh,,biarlah..!!


Ada suatu kejadian menarik di saat saya dan teman sekelas saya akan masuk mata kuliah manajemen pemasaran, saya boby bagas aji aconk dan toto menunggu lift di lantai bawah.. munculah gerombolan junior-junior cantik nan rupawan. saya sudah mengira akan terjadi kegaduhan yang tak berkonsep dan kekacauan sepanjang perjalanan ke lantai 5. benar saja, karena saya merasa ada teman untuk melakukan kegilaan, maka di mulailah kegaduhan di dalam lift, dan yang paling gak banget, si dua manusia sampah aji dan bagas terpancing emosinya dan terjadi pertumpahan darah disana. Hhaa..



teman saya yang bernama bagas dan aji (bang kumis) keduanya memang tak bisa dipisahkan. Suasana bisa mati seketika ketika bagas tidak ada, atau sebaliknya. Dan hal yang seru selama di kelas adalah karena ulah-ulah dan kejailan dua manusia sampah tersebut, setiap kali dosen malam mengucapkan salam dan mengakhiri kelas, bang kumis dan bagas pasti langsung mematikan lampu karena benci melihat ulahnya “7 kurcaci” yang katanya sok rajin.. “aaaaaawwwww…!!!” rasanya suara teriakan seperti itu sudah biasa terdengar dikuping saya saat si dua manusia sampah itu sedang memulai aksinya, sampai semua orang protes dan suka marah-marah, mereka berdua tetap acuh tak peduli.. dia bilang,, I don’t care whatever you say..!! Hhaaa…

Well, masa kuliah yang sudah hampir 3 tahun ini bukanlah rentang waktu yang sekejap. thousands days and millon memories ga mungkin terlewat begitu saja. Jam-jam nggak ada dosen yang sangat kami nanti-nantikan, detik-detik sebelum ujian yang begitu menyiksa, tugas-tugas yang bejibun, presentasi, makalah, belum lagi ujian lisan yang bikin jantung copot.. tapi, sesulit apapun masa itu yang namanya anak kuliahan tetep aja seru, selalu ada waktu untuk seru-seruan mau selecek apapun tampang dan pakaian kita, punya uang ataupun nggak punya uang, kenyang ataupun lapar, susah senang, rasanya sudah menjadi bagian dari jiwa kami di kampus..


Rasa senang yang tak terlupakan adalah ketika kita bersama-sama melemparkan almamater dan berteriak, “yeeeaaaaaHhhh..!!” karena yeah adalah simbol dari kepuasan tak terungkap, maka kata-kata itu masih menancap pada diri saya..

yeeeaaaHhhh…!! Throw up the alma…!!





*Foto diambil dari dokumentasi anak-anak dapur seni...


Tuesday, December 16, 2008

..Kompetisi Website Kompas MuDA-IM3..

Kompetisi Website Kompas MuDA-IM3 telah memberikan jalan / mediasi kepada semua sahabat muda yang ingin memberi saran, pendapat, solusi atau sekedar cerita-cerita tentang pentingnya menjadi sahabat bumi kita ini. Sama halnya seperti saya, sebenarnya sudah sejak lama saya mempunyai unek-unek ingin membuat artikel tentang bumi kita ini, entah itu keadaannya, cara merawat dan menjaganya, atau sekedar cerita-cerita belaka. Tidak disangka dalam keisengan saya ketika sedang main-main ke webside kompas MuDA di www.mudaers.com kebetulan pula disana sedang diadakan Kompetisi Website Kompas MuDA-IM3 yang mengusung tema “Jadilah Sahabat Bumi”. woow, sebuah kebetulan yang hampir mustahil, punya unek-unek yang kebetulan dilombakan pula. Hhee.. assiiiik..

Sepertinya pemerintah, makelar, pengusaha, dan masyarakat luas lebih memilih mengeksploitasi alam raya ini secara membabi buta. Maka sekarang kita menuai hukum alam, kita pulalah yang terkena imbasnya. Dalam hal ini alam mulai murka akibat kita arogan terhadap keberadaannya. Hukum alam dan simbol-simbol perubahan jagat seperti itu menunjukan kepada kita bahwa alam raya kehidupan ini tengah dilanda ketidakpastian, ketidaktentuan arah, distorsi moral, dan gonjang-ganjing lainnya.

Siapa sih yang tidak pernah mendengar seruan Global Warming, atau tentang gerakan ajakan penghijauan lingkungan lainnya? Semua pasti tahu donk, aksinya cukup ramai kok, disana sini penuh dengan seruan dan ajakan tersebut. saya pribadi sih cukup terpengaruh, Hheee.. dan benar dugaan saya, ini juga terjadi pada banyak orang lainnya. Tapi, itu semua tidak 100% benar lho. Beberapa kali saya spontan mencoba mewujudkan aksi hijau, eh malah dapat cibiran dari teman-teman saya.

“Astagfirullah..!” begitulah yang terucap dalam hati saya saat seorang teman menolak untuk tidak membuang sampah sembarangan ke jalan. Alasan yang dia lontarkan juga masuk akal, tapi saya sangat menyayangkan cara pikirnya. Dengan santai dia menekankan bahwa sampah dijalanan sudah tidak terhitung, jadi apalah artinya jika ditambah sampah kecil berupa sebuah puntung rokok yang ada ditangannya. Lucu sekali yah jawabannya! Andai semua orang mempunyai pola pikir yang sama, waduuuh bakalan banyak sampah bererakan di setiap jengkal jalanan dong? Atau, sudah taerjadi yah? Hhee..

Ada cerita menarik lagi, di kampus saya, fakultas ekonomi UIN syahid jakarta pada februari lalu mendapat penghargaan sebagai fakultas terhijau. Entah dari mana asal muasal penilaian itu sehingga fakultas ini mendapat predikat fakultas terhijau, saya dan anak-anak ekonomi lainnya juga masih bingung. Bahkan saat saya berjalan menaiki tangga, terdengar bisik-bisik seorang mahasiswi “iihh,plis deeeeh.. kaya gini kok hijau? Hijau dari manaa coba?!” berhubung saya tidak kenal dengan beberapa wanita yang sedang bergosip tersebut, maka sayapun melanjutkan perjalanan ke kelas saya di lantai 7. Sesampainya di depan kelas, banyak anak-anak senior (mahasiswa semester atas) yang sedang asik mengobrol sambil merokok dan disertai tawa yang menggelegar seperti orang-orang pengangguran yang sedang bermain judi koprok atau seorang preman terminal yang sedang mabuk berat, yang sama sekali tidak mengindahkan etika dan citra dirinya dia sebagai seorang mahasiswa.

Di waktu yang sama, seorang petugas kebersihan fakultas lewat, lengkap dengan membawa sapu, sodokan pel besar, dan pengki. Lalu, dengan lembut dan penuh perasaan petugas itu menegur mahasiswa yang sedang asik bercanda gurau itu. “mas,tolong donk kalo buang abu jangan sembarangan..” dan seperti telah saya duga, sebuah jawaban pembangkangan spontan keluar dari mulut para mahasiswa tingkat atas tersebut. “yaelaaah... ngga ngaruh kalee..! abu ginian doank dimasalahin.. gue tiup juga bersih lagi” dan dengan penuh kejengkelan, petugas itupun langsung pergi angkat kaki, dengan wajah jutek tentunya. Tak lama keesokan harinya, semua tempat sampah yang ada ditempeli dengan sebuah kertas print out berisi seruan. Kalau di pikir-pikir, saya sendiripun juga masih belum paham apa makna dari tulisan yang ada di kertas yang ditempel di badan-badan tempat sampah tersebut, entah itu seruan, ajakan, atau sindiran kepada mahasiswa-mahasiswa mahatolol yang mendiami kelas tersebut. Hhee..

Huff,,ternyata untuk ikut peduli lingkungan nggak semudah itu ya! Sebenarnya nggak susah sih, cuma perlu niat yang tulus dari diri sendiri aja itu udah lebih dari cukup kok.

Itulah konsekuensinya, mungkin untuk bebepara hal kita terpaksa mengorbankan perasaan (walaupun kadang kala saya juga suka ngedumel sendiri. Hhee..) tapi,apalah artinya itu semua kalau kita bandingkan dengan apa yang telah alam berikan kepada kita. Ini cuma berbagi (share) aja lhoo, bukan menggurui. Saya juga belum tahu banyak, tapi dari yang sedikit saya tahu, dengan kerelaan yang serela-relanya, kita bisa membantu mengembalikan bumi hijau kita. Masih banyak cara-cara lain yang bisa kita lakukan untuk bumi kita tersayang ini, dan yang paling dasar adalah :
  1. Mulailah dari diri sendiri.
  2. Biasakan memakai peralatan yang bisa didaur ulang. (reuse, reduce, recycle).
  3. seruan global warming sepertinya hanya menjadi sebuah tren kepedulian semata (di kalangan anak muda) maka, cernalah seruan global warming dengan sebaik mungkin karena keadaan dunia saat ini sangat membutuhkan perubahan dari sikap kita dan kebiasaan kita sehari-hari yang selama ini hanya membuat bumi ini semakin kotor, jadi bukan hanya sekedar tren kepedulian dan ikut-ikutan semata.
  4. Sebisa mungkin naik kendaraan umum, maksimalkan transportasi umum yang telah disediakan, kalaupun tidak bisa milikilah kendaraan pribadi dengan tingkat polusi rendah, saat ini banyak pabrikan kendaraan yang mengklaim bahwa produknya telah lulus tes EURO 2 atau 3. atau kalau lebih mampu, belilah kendaraan bermesin hybrid. Hhee..
  5. Pelajari sebanyak mungkin mengenai krisis cuaca, dan terapkan pengetahuan yang dimiliki.
  6. Ajak semua orang nonton film earth atau an inconvenient truth.
Dan cara-cara lainnya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberi dampak positif atau memberi perubahan pada bumi tercinta kita ini. Belum terlambat kok! dan nggak susah juga kok! asal niatnya datang dari hati. Selamat berhijau-hijau..
Cayoooo...

Monday, October 13, 2008

..About Laskar Pelangi..


Karena terpengaruh sama promosinya Blitz , review Kompas , dan emang penasaran ingin tahu versi filmnya bagaimana, akhirnya nonton juga yang namanya Laskar Pekangi di Blitz Grand Indonesia. Berbicara tentang film Laskar Pekangi, semua orang tentu punya pendapat yang positif, bahkan ada yang tak henti-hentinya terus mengungkapkan rasa puas terhadap film ini, menangis, tersedu sedan, halah…banyak lah. Memang, banyak sekali hal yang bisa didapat dari film ini. Pesan yang nyata tersampaikan adalah bagaimana semangat anak-anak untuk terus belajar meskipun mereka menemui beberapa kendala. Belum lagi, ibu guru yang semakin bersemangat meskipun cobaan bahkan godaan terus menghantui dirinya, tetap tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mengajar anak-anak itu.

Saya sendiri secara pribadi merasa cukup puas, walaupun ada beberapa ganjalan ringan saat membandingkan film tersebut dengan bukunya. Saya menilai ada cacat yang menganggu dalam film tersebut. Kecacatan itu adalah keberadaan Tora Sudiro. Bagi beberapa orang mungkin tidak bermasalah dengan Tora Sudiro, akan tetapi bagi saya, akting Tora Sudiro justru menjadi pengganggu dalam film tersebut. Bukannya saya tidak suka dengan Tora Sudiro, atau memiliki sentimen pribadi terhadap beliau. Tapi alangkah bedanya ketika sepanjang jalan cerita dalam novel sama sekali tidak ada yang namanya Bu Muslimah berurusan dengan seorang guru Sekolah PN, apalagi seorang pak guru yang yang dalam cerita ini “ngincer” si Bu Mus itu sehingga menurut saya keberadaan Tora Sudiro sangatlah mengurangi nilai originalitas. Karena sebuah teks dalam novel mampu membangun theatre of mind atau film tersendiri, sebuah panggung sandiwara pertunjukan di kepala kita. Tepatnya di kepala masing-masing pembacanya.


Kegalauan yang dialami Flo juga kurang tergambarkan dengan baik sehingga bagi penonton yang belum membaca bukunya mungkin agak kaget saat dibawa pada adegan Flo dicari orang-orang karena kabur dari rumah. Lalu, kemana tokoh Bodenga yang tragis dan Tuk Bayan Tula yang konon katanya sakti mandra guna? dan trek pegunungan menuju tempat Flo berada menurut petunjuk Tuk Bayan Tula yang berupa batu-batu cadas dan banyaknya binatang buas? dalam film ini, semuanya terlewatkan begitu saja.. Tapi terlepas dari beberapa kekurangannya, film ini tetap menjadi salah satu diantara sedikit film Indonesia paling bagus yang pernah saya tonton.

Tapi sayangnya, di jaman serba modern seperti ini dengan penonton yang menikmati film dari kursi sofa empuk berbusa, di tambah suasana yang gelap gulita dalam ruangan nyaman ber-AC, ditemani segelas besar popcorn dan coca-cola seharga puluhan ribu rupiah dan bermesraan dengan kekasih atau teman “tapi mesra” yang beraroma parfum wangi nan elegan sehingga membuat pikirannya kemana-mana, pesan ini BAGI SAYA sulit merasuk ke benak mereka. Sulit mengingat makna ‘bertahan dan berjuang dalam hidup’ gedung sekolah Muhammadiyah yang reyot yang ditempati para laskar pelangi selama bertahun-tahun, dan jika hujan menjadi kandang kambing, dindingnya yang berlubang ditutupi dengan poster Rhoma Irama “hujan duit” dan kesunyian di bawah pohon ficilium jika setelah kurang lebih 2 jam lamanya di dalam bioskop kita keluar dan langsung disambut hiruk pikuk berbagai aktivitas di dalam mall mewah.

Sulit tertulis ironi saat melihat jemuran kapur tulis basah di halaman sekolah SD Muhammadiyah, atau pelajaran berhitung dengan lidi, dan adegan pemberian buku-buku asing yang oleh Flo kepada Lintang, atau merasakan semangat juang Lintang pada sepeda tuanya, selama 80 kilometer pulang pergi, setiap hari, tanpa sekalipun pernah bolos, dan pulangnya menjadi seorang kuli kopra jika sekarang kita lihat diantara sekian banyak teman-teman kuliah kita dengan mudahnya menenteng laptop, dan satu mobil satu orang.



Salut kepada Famke Somers yang telah memberikan nyawa kedua berupa sebuah kostum ikan duyung, lengkap dengan asesories dan propertinya kepada Andrea dan Arai sehingga mereka bisa menggapai mimpimya, keliling Eropa dan mampir ke Afrika, serta merasakan indahnya panas pasir gurun sahara..”Endensor”

Saturday, October 11, 2008

.. Ijo ijo Royo royo ..

Udara panas yang menyengat Jogja memang
memberikan kesan tersendiri bagi teman-teman
kita yang bule-bule, mereka merasa cocok
dengan hangatnya sinar mentari disini...
secara jatah matahari mereka Cuma 3 bulan
itu pun bener-bener dinikmati lewat liburan...
nah maka benar tag line yang tertera di Dagadu
yang tersohor itu..
everday is holiday in Yogyakarta...
hip hip horray !!!!


Tawa riang anak-anak yang berenang di selokan mataram,
menjadi cara mereka untuk menikmati 34 derajat pada skala
celcius. Saya melihat foto tawa segar mereka di Kompas sore
yang seribuan itu lho. Hujan menjadi barang langka di kota
pelajar ini, sekilas mendung memang menyelimuti kota namun
drama lembab ini paling poll diakhiri dengan klethik-klethik
gerimis berdurasi 5 menit... setelah itu cerah hingga sore.!!

tapi dibalik teriknya jogja dan gersangnya tanah kita,
saya masih melihat ada tawa kecil dari seorang anak yang
dengan bangganya mengibarkan bendera Indonesia yang
dengan segala kegelisahan dan keinginannya menyampaikan
sebuah pesan.. hijaukan kembali alam kita !!!